Rabu, 25 Desember 2013

asuhan keperawatan gastritis

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan kanker perut.
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed DEPKES RI http://bank data depkes.go.id/data).
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.  Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag antara lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap stres.
Budiana (2006), mengatakan bahwa Gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua.Angka kejadian infeksi Gastritis Helicobacter Pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut Maulidiyah dan Unun (2006), di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian Gastritis. Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%) (Herlan, 2001).
B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang penerapan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gastritis.
2.      Tujuan Khusus
·         mampu menjelaskan tentang konsep dasar medis gastritis.
·         Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gastritis.
·         Mampu menganalisis data dan menentukan Diagnosa Keperawatan berdasarkan masalah yang di dapat pada klien dengan gastritis.
·         Memahami Asuhan Keperawatan pada gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Pengertian
1.  Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
2.  Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
3.  Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

B.Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1)      Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
2)       Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

C.Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang biasa muncul :
1)       Gastritis Akut
yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.


2)      Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan

D.Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Obat- obatan, alcohol, garam empedu atau enzim- enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung ( gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan – gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat- zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung ( gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kalenjar- kalenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak- bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan ( gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.

E.  Klasifikasi
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan :
a.   Manifestasi klinis
b.   Gambaran hispatologi
c.   Distribusi anatomi
d.   Kemungkinan pathogenesis gastritis
 Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
a)         Gambaran hispatology
b)         Gastritis kronik superficial
c)         Gastritis kronik atropik
d)         Atrofi lambung
e)         Metaplasia intestinal
f)          Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.

Distribusi anatomi
1.       Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)
     Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
2.       Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)
Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori
3.       Gastritis tipe AB
Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia

F. Gejala klinis
a.       Gastritis akut
Gastritis akut erosive sangat bervariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
·         Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
·         Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
·         Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
·         Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
·         Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
·         Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.


b.      Gastritis kronis :
1)      Bervariasi dan tidak jelas
2)      Perasaan penuh, anoreksia
3)      Distress epigastrik yang tidak nyata
4)      Cepat kenyang

G.                                  Pemeriksaan Fisik
1.      Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.
2.      Respirasi : tidak mengalami gangguan
3.       Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat ( status syok, nyeri akut)
4.       Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat  terganggu, disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
5.      Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan ( coklat, pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor psikologi.
6.       Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.
7.       Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
8.      Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.

 H. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium :
1.      Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori
2.       CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosisH.pylori
3.      Pemeriksaan serologi untuk H.pylori :  sebagai diagnosis awal
4.      Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis

b.      Pemeriksaan radiologi
1.      Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana gambaran
2.      Eritematous / eksudatif
3.      Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.
4.      Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana hasilnya meliputi :
·         Etiologi : Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylor
·         Topografi : Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi antrum atau korpus.
·         Morfologi : Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal, Helicobacter pylori.

I.  Diagnosis / kriteria diagnosis
a)      Gastritis akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi dan gambaran radiologi.Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.

b)      Gastritis kronis
Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hamper mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Criteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk  H.pylori sebagai diagnosis awal.




J.  Therapy / tindakan penanganan
1.  Gastritis akut
Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2 , inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat diberikan untuk meringankan mual dan muntah, jika keluhan diatas tidak mereda maka koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD. Pemberian penghambat H2 ( ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk mengurangi sekresi asam.
2.  Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai :
·         Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia pernisiosa
·         Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin, metronidasol, kolitromisin, amoxicillin)
















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

No. Register                 :     
Ruang                           :     
Tanggal/Jam MRS        :     
Tanggal Pengkajian      :     
Diagnosa Medis            :     

1.       IDENTITAS

a.      Biodata Pasien
Nama                           :   
Jenis Kelamin              :   
Umur                           :   
Agama                         :   
Suku/bangsa                :   
Pendidikan                  :    
Pekerjaan                     :   
Alamat                                    :    

b.      Penanggung Jawab
Nama                           :   
Umur                           :   
Jenis Kelamin              :   
Agama                         :   
Pekerjaan                     :   
Hubungan dengan px  :   
Alamat                                    :    


2.      RIWAYAT KESEHATAN

a)      Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut.

b)      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering merasa nyeri pada perut bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa nyerinya berada di skala 7 dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7 menggambarkan nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan nyeri tetapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. Pasien mengatakan merasa lebih baik jika dibuat berbaring. Pasien juga mengeluh mual dan muntah yang membuat nafsu makan pasien menurun.  Pasien mengatakan keluhan ini terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa keIGD RS.

c)      Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di dengan penyakit yang sama (gastritis) dan diberi obat Antasida.

d)      Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.

3.      POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

Kebiasaan yang dialami.

·         Peminum alkohol
·         Suka minum kopi, teh panas.
·         Perokok
·         Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan, makan makanan yang pedas, mengandung gas atau asam.
·         Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur.
·         Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter: aspirin, analgesik, steroid.
·         Menjalankan diet ketat.
Pola-pola fungsi kesehatan
1.      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan sering makan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri.
2.       Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya klien makan tidak teratur.
3.      Pola aktivitas
Pada klien gastritis, akan mengalami gangguan karena selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
4.      Pola eliminasi
Pada umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada pola eliminasi baik eliminasi alvi atau urin.
5.      Pola istirahat dan tidur.
Rasa mual, nyeri yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi waktu dan menjadi gangguan tidur klien.
6.      Pola sensori dan kognitif.
Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada panca indra.
7.      Pola persepsi.
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, dan muntah.
8.      Pola hubungan dan peran.
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang sering dirasakan
9.      Pola reproduksi dan seksual.
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ maupun kebiasaan seksualitas.
10.  Pola penanggulangan stres.
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan meknisme koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat.
11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik dirumah ataupun di rumah sakit.

                                Selama mengumpulakan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien. Berikut ini adalah daftar pertanyyan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses penyakit.
        Dengan metode PQRST :
        Paliatif
a.    Apakah gejala berhubungan dengan asietas,stres,alergi,makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?
b.   Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
c.    Bagaimana gejala hilang?
d.   Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol?


Quantity
a.       Apakah klien tampak lemah?
b.      Apakah pasien merasakan nyeri ulu hati?
c.       Apakah tidak dapat makan,mual,atau muntah?
d.      Apakah pasien memuntahkan darah?

Regional
a.    Dimana gejala dirasakan?
b.   Apakah nyeri merambat pada daerah lain?

Skala
a.    Berapa tingkat atau skala nyeri yang dirasakan?

Timing
a.    Kapan klien merasakan perih di bagian epigastrium?
b.   Kapan klien merasakan mual?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk memastikan data subjektif yang didapat dari pasien.
a.          Inspeksi
Pada klien gastritis, perhatikan apakah klien tampak, pucat, lemah, dan keluar keringat dingin. Perhatikan apakah klien mual, muntah dan anoreksia. Inspeksi membran mukosa bibir  Inspeksi kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan dengan identifikasi benjolan lokal, distensi atau gerakan peristaltik,
b.         Auskulatsi
Terdapat peningkatan bising usus.
c.          Palpasi
Pada palpasi,  adanya perubahan turgor kulit dan terdapat nyeri tekan di daerah epigastrik.
d.         Perkusi.
Pada saat diperkusi, didapatkan suara tympani.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
1)       Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2)       Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3)       Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4)       Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5)       Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

Diagnosa Keperawatan
                  Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien mencangkup berikut ini :
a.       Nyeri berhubungan dengan mukosa  lambung teriritasi
b.      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan nutrien yan g tidak adekuat
c.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukaan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
d.      Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan program diet dan proses penyakit
e.       Asietas berhubungan dengan pengobatan

            Intervensi Keperawatan
Tujuan utama mencangkup mengurangi ansietas, menghindari makanan pengiritan dan menjamin masukan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, meningkatkan kesadaran tentang pelaksanaan diet, dan menghilangkan nyeri.

Implementasi Keperawatan
a.       Mengurangi ansietas
Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan.terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisasi atau diencerkan. Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi) atau pembedahan. Ansietas karena nyeri dan modalitas pengobatan biasanya timbul demikian juga rasa takut terhadap kerusakan permanen pada esophagus. Perawat menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan selengkap mungkin. Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman pasien.
b.      Meningkatkan nutrisi
Untuk gastritis akut, dukungan fisik dan emosi diberikan dan pasien dibantu untuk menghadapi gejala, yang dapat mencakup mual, muntah, sakit uluhati, dan kelelahan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang. Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan teratur, sesuai dengan nilai elektrolit serum. Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih. Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan kebutuhan terhadap terapi intravena, dan meminilkan iritasi pada mukosa lambung. Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
c.       Meningkatkan keseimbangan cairan
Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (haluaran uron minimal 30 ml/jam, masukan minimal 1,5L/hari). Bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena (3L/Hari) biasanya diberikan. Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur. Nilai elektrolit dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.
Perawat harus selalu waspda terhadap adanya indikator gastritis hemoragi; hematemesis (muntah darah), takikardi, dan hipotensi. Bila ini terjadi , dokter diwaspadakan, tanda vital dipantau sesuai kebutuhan kondisi pasien, dan ikuti pedoman penatalaksanaan perdarahan GI.
d.      Menghilangkan nyeri
Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan dan menghindari zat pengiritasi.
e.       Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah.
Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersiifat ndividual.diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan yang disukai, dan pola makan.
Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari (mis: kafein,nikotin, bumbu oedas, pengiritasi, atau makanan sangat merangsang. Alkohol). Antibiotik, garam bismut, obat-obatan untuk melindungi sel-sel mukosal dari sekresi lambung diberikan sesuai resep. Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12 jangka panjang.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.      Menunjukkan berkurangnya ansietas
2.      Menghindari makan makanan pengiritan atau minuman yang mengandung kafein atau alkohol.
3.      Mempertahankan keseimbangan cairan
a.       Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 L setiap hari
b.      Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari
c.       Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 L setiap hari
d.      Menunjukan haluaran urin yang adekuat
4.   Memahami program pengobatan
a. menggunakan obat-obatan sesuai resep
5. Melaporkan nyeri berkurang.


BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan








DAFTAR PUSTAKA
1.      Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta.
2.      Crowin, Elizabeth J. 2002. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
3.      Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
5.       http://askep-hrlz.blogspot.com/2012/10/askep-gastritis.html Diakses pada tanggal 21 october 2013
Di akses Tgl 5 November 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar