BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Gastritis
atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering terjadi
di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh
penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan.
Gastritis adalah penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh
produksi asam lambung yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau
peradangan dari mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih
dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan
berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa kasus
gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan kanker
perut.
Pada
tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama
pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500
(yanmed DEPKES RI http://bank data depkes.go.id/data).
Kejadian
penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki
lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag antara lain adalah riwayat
keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi atau adaptasi yang
buruk terhadap stres.
Budiana
(2006), mengatakan bahwa Gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan
diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang
infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai
pada usia tua.Angka kejadian infeksi Gastritis Helicobacter Pylory pada
beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut
Maulidiyah dan Unun (2006), di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar
31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi
sebesar 91,6%. Adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin
berdampak pada tingginya kejadian Gastritis. Faktor etiologi Gastritis lainnya
adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%),
obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%) (Herlan, 2001).
B.
TUJUAN
PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran
secara umum tentang penerapan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gastritis.
2. Tujuan Khusus
·
mampu
menjelaskan tentang konsep dasar medis gastritis.
·
Mampu
melakukan pengkajian pada klien dengan gastritis.
·
Mampu
menganalisis data dan menentukan Diagnosa Keperawatan berdasarkan masalah yang
di dapat pada klien dengan gastritis.
·
Memahami
Asuhan Keperawatan pada gastritis.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.Pengertian
1. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
2. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung
(Arif Mansjoer, 1999).
3. Gastritis adalah radang mukosa lambung
(Sjamsuhidajat, R, 1998).
Berdasarkan pengertian
di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
B.Etiologi
Penyebab
dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1)
Gastritis
Akut
Penyebabnya adalah
obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol,
alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
2)
Gastritis Kronik
Penyebab dan
patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan
merokok.
C.Manifestasi
klinis
Manifestasi
klinik yang biasa muncul :
1)
Gastritis Akut
yaitu Anorexia, mual,
muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena,
tanda lebih lanjut yaitu anemia.
2) Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak
mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia,
nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan
D.Patofisiologi
Terjadinya Penyakit
Obat- obatan, alcohol,
garam empedu atau enzim- enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung (
gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan
peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut
adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan – gangguan tersebut
seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang
terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan. Masuknya
zat- zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan
dan nekrosis pada dinding lambung ( gastritis korosif). Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan
peritonitis.
Gastritis kronis dapat
menimbulkan keadaan dengan atropi kalenjar- kalenjar lambung dan keadaan mukosa
terdapat bercak- bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan (
gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat
berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik
dapat juga merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis
dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah
tindakan gastroyeyunostomi.
E. Klasifikasi
Secara
garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan :
a. Manifestasi klinis
b. Gambaran hispatologi
c. Distribusi anatomi
d. Kemungkinan pathogenesis gastritis
Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
a)
Gambaran
hispatology
b)
Gastritis
kronik superficial
c)
Gastritis
kronik atropik
d)
Atrofi
lambung
e)
Metaplasia
intestinal
f)
Perubahan
histology kalenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kalenjar mukosa usus halus
yang mengandung sel goblet.
Distribusi
anatomi
1.
Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)
Sering dihubungkan dengan proses autoimun
dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi
vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel
parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
2.
Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)
Paling sering dijumpai
dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori
3.
Gastritis tipe AB
Anatominya menyebar
keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia
F. Gejala
klinis
a.
Gastritis
akut
Gastritis akut erosive
sangat bervariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat
yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat
mencolok adalah :
·
Hematemetis
dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena
kehilangan darah.
·
Pada
sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan –
keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat
ditunjuk dengan tepat lokasinya.
·
Kadang
– kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
·
Perdarahan
saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
·
Pada
kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja
dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi
yang tidak jelas.
·
Pada
pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia
sampai gangguan kesadaran.
b.
Gastritis
kronis :
1) Bervariasi dan tidak jelas
2) Perasaan penuh, anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Cepat kenyang
G. Pemeriksaan
Fisik
1. Kesadaran : pada awalnya CM ( compos
mentis), perasaan tidak berdaya.
2. Respirasi : tidak mengalami gangguan
3. Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia,
disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna
kulit pucat, sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat ( status syok, nyeri
akut)
4. Persyarafan : sakit kepala, kelemahan,
tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
5. Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh
karena luka duodenal, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan ( coklat,
pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol,
obat-obatan dan stressor psikologi.
6. Genetourenaria : biasanya tidak
mengalami gangguan.
7. Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
8. Intergritas ego : factor stress akut,
kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda ansietas : gelisah, pucat,
berkeringat.
H. Pemeriksaan
Diagnostik / Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1. Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi
Helicobacter pylori
2. CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan
diagnosisH.pylori
3. Pemeriksaan serologi untuk H.pylori
: sebagai diagnosis awal
4. Analisis cairan lambung : untuk
memperjelas diagnosis
b. Pemeriksaan radiologi
1. Endoskopi : meliputi topografi dan
gambaran endoskopinya dimana gambaran
2. Eritematous / eksudatif
3. Erosi flat, erosi raised, atrofi,
hemoragik, hyperplasia rugae.
4. Hispatologi dengan melakukan biopsy pada
semua segmen lambung dimana hasilnya meliputi :
·
Etiologi
: Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylor
·
Topografi
: Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi
antrum atau korpus.
·
Morfologi
: Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal,
Helicobacter pylori.
I. Diagnosis /
kriteria diagnosis
a) Gastritis akut
Tiga cara dalam
menegakkan diagnosis yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut dimukosa
lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi dan
gambaran radiologi.Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan
yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum
peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk
diagnosis kelainan akut lambung.
b) Gastritis kronis
Diagnosis gastritis
kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur
untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori apalagi jika ditemukan
ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang
cukup tinggi yaitu hamper mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO).
Criteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA
positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.
J. Therapy /
tindakan penanganan
1. Gastritis akut
Factor utamanya adalah
dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi kecil dan sering.
Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis
reseptor H2 , inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid. Juga
ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan
akan mereda bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat
diberikan untuk meringankan mual dan muntah, jika keluhan diatas tidak mereda
maka koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD. Pemberian
penghambat H2 ( ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk mengurangi sekresi
asam.
2. Gastritis kronis
Pengobatannya
bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai :
·
Pemberian
vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia pernisiosa
·
Eradikasi
Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian kombinasi penghambat
pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin, metronidasol, kolitromisin,
amoxicillin)
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
No.
Register :
Ruang :
Tanggal/Jam
MRS :
Tanggal
Pengkajian :
Diagnosa
Medis :
1.
IDENTITAS
a. Biodata
Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Penanggung
Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Hubungan dengan px :
Alamat :
2. RIWAYAT
KESEHATAN
a)
Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut.
b)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah
bangun tidur pasien sering merasa nyeri pada perut bagian sebelah kirinya. Rasa
nyerinya itu seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa nyerinya berada di
skala 7 dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7
menggambarkan nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tetapi respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan nyeri tetapi tidak
dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi. Pasien mengatakan merasa lebih baik jika dibuat berbaring. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah yang membuat nafsu makan pasien menurun.
Pasien mengatakan keluhan ini terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia
dibawa keIGD RS.
c)
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat
di dengan penyakit yang sama (gastritis) dan diberi obat Antasida.
d)
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak
ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.
3. POLA
AKTIVITAS SEHARI-HARI
Kebiasaan yang dialami.
·
Peminum alkohol
·
Suka minum
kopi, teh panas.
·
Perokok
·
Kebiasaan makan
sedikit, terlambat makan, makan makanan yang pedas, mengandung gas atau asam.
·
Kebiasaan
bekerja keras : penyebab makan tak teratur.
·
Penggunaan
obat-obatan tanpa resep dokter: aspirin, analgesik, steroid.
·
Menjalankan
diet ketat.
Pola-pola fungsi kesehatan
1.
Pola persepsi
dan tatalaksana hidup sehat
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang
menjaga kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake
makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan sering makan
makanan yang terkontaminasi dengan bakteri.
2. Pola nutrisi
dan metabolisme
Pada umumnya klien makan tidak teratur.
3.
Pola aktivitas
Pada klien gastritis, akan mengalami gangguan karena
selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
4. Pola eliminasi
Pada umumnya pada klien gastritis tidak
ada gangguan atau masalah pada pola eliminasi baik eliminasi alvi atau urin.
5.
Pola istirahat
dan tidur.
Rasa mual, nyeri yang sering menyerang epigastrium akan
mengurangi waktu dan menjadi gangguan tidur klien.
6.
Pola sensori
dan kognitif.
Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada
panca indra.
7.
Pola persepsi.
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri,
mual, dan muntah.
8.
Pola hubungan
dan peran.
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan
hanya perannya yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri
yang sering dirasakan
9.
Pola reproduksi
dan seksual.
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ
maupun kebiasaan seksualitas.
10. Pola
penanggulangan stres.
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan
meknisme koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat.
11. Pola tata nilai
dan kepercayaan
Kebiasan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik
dirumah ataupun di rumah sakit.
Selama
mengumpulakan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien.
Berikut ini adalah daftar pertanyyan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk
mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses penyakit.
Dengan
metode PQRST :
Paliatif
a.
Apakah gejala
berhubungan dengan asietas,stres,alergi,makan atau minum terlalu banyak, atau
makan terlalu cepat?
b. Adakah riwayat
penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
c.
Bagaimana
gejala hilang?
d. Apakah gejala
terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna
makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau
alkohol?
Quantity
a.
Apakah klien
tampak lemah?
b.
Apakah pasien
merasakan nyeri ulu hati?
c.
Apakah tidak
dapat makan,mual,atau muntah?
d.
Apakah pasien memuntahkan
darah?
Regional
a.
Dimana gejala
dirasakan?
b. Apakah nyeri
merambat pada daerah lain?
Skala
a.
Berapa tingkat
atau skala nyeri yang dirasakan?
Timing
a.
Kapan klien
merasakan perih di bagian epigastrium?
b. Kapan klien merasakan
mual?
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk memastikan data
subjektif yang didapat dari pasien.
a.
Inspeksi
Pada klien gastritis, perhatikan apakah klien tampak,
pucat, lemah, dan keluar keringat dingin. Perhatikan apakah klien mual, muntah
dan anoreksia. Inspeksi membran mukosa bibir
Inspeksi kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan dengan
identifikasi benjolan lokal, distensi atau gerakan peristaltik,
b.
Auskulatsi
Terdapat peningkatan bising usus.
c.
Palpasi
Pada palpasi,
adanya perubahan turgor kulit dan terdapat nyeri tekan di daerah
epigastrik.
d.
Perkusi.
Pada saat diperkusi, didapatkan suara tympani.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena
Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan
ini meliputi :
1)
Pemeriksaan
Darah
Tes
ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test
yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2)
Pemeriksaan
Pernafasan
Tes
ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
3)
Pemeriksaan
Feses
Tes
ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4)
Endoskopi
Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan
test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsi) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai
efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5)
Ronsen
Saluran Cerna Bagian Atas
Test
ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat
lebih jelas ketika dironsen.
Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan
semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien mencangkup berikut ini
:
a.
Nyeri
berhubungan dengan mukosa lambung
teriritasi
b.
Perubahan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan nutrien yan g
tidak adekuat
c. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukaan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah
d.
Kurang
pengetahuan tentang pelaksanaan program diet dan proses penyakit
e.
Asietas
berhubungan dengan pengobatan
Intervensi Keperawatan
Tujuan utama mencangkup mengurangi
ansietas, menghindari makanan pengiritan dan menjamin masukan adekuat,
mempertahankan keseimbangan cairan, meningkatkan kesadaran tentang pelaksanaan
diet, dan menghilangkan nyeri.
Implementasi
Keperawatan
a.
Mengurangi
ansietas
Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat
diperlukan.terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama
pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisasi atau
diencerkan. Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi)
atau pembedahan. Ansietas karena nyeri dan modalitas pengobatan biasanya
timbul demikian juga rasa takut terhadap kerusakan permanen pada esophagus.
Perawat menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua
pertanyaan selengkap mungkin. Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai
dengan minat dan tingkat pemahaman pasien.
b.
Meningkatkan
nutrisi
Untuk gastritis akut, dukungan fisik
dan emosi diberikan dan pasien dibantu untuk menghadapi gejala, yang dapat
mencakup mual, muntah, sakit uluhati, dan kelelahan. Makanan dan cairan tidak
diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala
akut berkurang. Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan
teratur, sesuai dengan nilai elektrolit serum. Bila gejala berkurang, pasien
diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih. Makanan padat diberikan
sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan kebutuhan terhadap
terapi intravena, dan meminilkan iritasi pada mukosa lambung. Bila makanan
diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis
dievaluasi dan dilaporkan.
c.
Meningkatkan
keseimbangan cairan
Masukan dan haluaran cairan setiap hari
dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (haluaran uron minimal 30
ml/jam, masukan minimal 1,5L/hari). Bila makanan dan minuman ditunda, cairan
intravena (3L/Hari) biasanya diberikan. Masukan cairan ditambah nilai kalori
diukur. Nilai elektrolit dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator
awal ketidakseimbangan.
Perawat harus selalu waspda terhadap
adanya indikator gastritis hemoragi; hematemesis (muntah darah), takikardi, dan
hipotensi. Bila ini terjadi , dokter diwaspadakan, tanda vital dipantau sesuai
kebutuhan kondisi pasien, dan ikuti pedoman penatalaksanaan perdarahan GI.
d.
Menghilangkan
nyeri
Pasien diinstruksikan untuk menghindari
makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Perawat mengkaji
tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan dan
menghindari zat pengiritasi.
e.
Pendidikan
pasien dan pertimbangan perawatan di rumah.
Pengetahuan pasien tentang gastritis
dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersiifat ndividual.diet
diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien,
makanan yang disukai, dan pola makan.
Pasien diberi daftar zat-zat untuk
dihindari (mis: kafein,nikotin, bumbu oedas, pengiritasi, atau makanan sangat
merangsang. Alkohol). Antibiotik, garam bismut, obat-obatan untuk melindungi
sel-sel mukosal dari sekresi lambung diberikan sesuai resep. Pasien dengan
anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12
jangka panjang.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.
Menunjukkan
berkurangnya ansietas
2.
Menghindari
makan makanan pengiritan atau minuman yang mengandung kafein atau alkohol.
3.
Mempertahankan
keseimbangan cairan
a. Mentoleransi
terapi intravena sedikitnya 1,5 L setiap hari
b. Minum 6 sampai
8 gelas air setiap hari
c. Mempunyai
haluaran urin kira-kira 1 L setiap hari
d. Menunjukan
haluaran urin yang adekuat
4. Memahami program pengobatan
a. menggunakan obat-obatan sesuai resep
5. Melaporkan
nyeri berkurang.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan
Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta.
2.
Crowin, Elizabeth
J. 2002. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
3.
Doenges, Marilyn E.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
4.
http://yudhiwhyd.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-gastritis.html diakses tanggal 21 october 2013
5. http://askep-hrlz.blogspot.com/2012/10/askep-gastritis.html
Diakses pada tanggal 21 october 2013
6. http://yudhiwhyd.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-gastritis.html diakses pada tanggal 21 october 2013
7. http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan-Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html diakses pada tanggal 21 october 2013
Di akses Tgl 5 November
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar